Senin, 19 Desember 2011

Suku Tionghoa di Kalimantan Barat(singkawang),Indonesia

Tahun 1770, orang-orang Cina perkongsian yang berpusat di Monterado dan Bodok berperang dengan suku Dayak yang menewaskan kepala suku Dayak di kedua daerah itu. Sultan Sambas kemudian menetapkan orang-orang Cina di kedua daerah tersebut hanya tunduk kepada Sultan dan wajib membayar upeti setiap bulan, bukan setiap tahun seperti sebelumnya. tetapi mereka diberi kekuasaan mengatur pemerintahan, pengadilan, keamanan dan sebagainya. Semenjak itu timbul Republik Kecil yang berpusat di Monterado dan orang Dayak pindah ke daerah yang aman dari orang Cina.

Pada Oktober 1771 kota Pontianak berdiri. Tahun 1772 datang seorang bernama Lo Fong (Pak) dari kampung Shak Shan Po, Kunyichu, Kanton membawa 100 keluarganya mendarat di Siantan, Pontianak Utara. Sebelumnya di Pontianak sudah ada kongsi Tszu Sjin dari suku Tio Ciu yang memandang Lo Fong sebagai orang penting. Mandor dan sekitarnya juga telah didiami suku Tio Ciu, terutama dari Tioyo dan Kityo. Daerah Mimbong didiami pekerja dari Kun-tsu dan Tai-pu. Seorang bernama Liu Kon Siong yang tinggal dengan lebih dari lima ratus keluarganya mengangkat dirinya sebagai Tai-Ko di sana. Di San Sim (Tengah-tengah Pegunungan) berdiam pekerja dari daerah Thai-Phu dan berada di bawah kekuasaan Tong A Tsoi sebagai Tai-Ko.

Lo Fong kemudian pindah ke Mandor dan membangun rumah untuk rakyat, majelis umum (Thong) serta pasar. Namun ia merasa tersaingi oleh Mao Yien yang memiliki pasar 220 pintu, terdiri dari 200 pintu pasar lama yang didiami masyarakat Tio Tjiu, Kti-Yo, Hai Fung dan Liuk Fung dengan Tai-Ko Ung Kui Peh dan 20 pintu pasar baru yang didiami masyarakat asal Kia Yin Tju dengan Tai-Ko Kong Mew Pak. Mao Yien juga mendirikan benteng Lan Fo (Anggrek Persatuan) dan mengangkat 4 pembantu dengan nama Lo-Man.

Lo Fong kemudian mengutus Liu Thoi Ni untuk membawa surat rahasia kepada Ung Kui Peh dan Kong Mew Pak, sehingga mereka terpaksa menyerah dan menggabungkan diri di bawah kekuasaan Lo Fong tanpa pertumpahan darah. Lo Fong kemudian juga merebut kekuasaan Tai-Ko Liu Kon Siong di daerah Min Bong (Benuang) sampai ke San King (Air Mati).

Pertengahan abad 18 Lo Fong kemudian menguasai pertambangan emas Liu Kon Siong dan pertambangan perak Pangeran Sita dari Ngabang. Kekuasaan Lo Fong meliputi kerajaan Mempawah, Pontianak dan Landak dan disatukan pada tahun 1777 dengan nama Republik Lan Fong.

Tahun 1795 Lo Fong meninggal dunia dan dimakamkan di Sak Dja Mandor. Republik yang setiap tahun mengirim upeti kepada Kaisar Tiongkok ini pun bubar. Oleh orang Cina Mandor disebut Toeng Ban Lit (daerah timur dengan 1000undang-undang. .

Tahun 1795, berkobar pertempuran antara kongsi Tai-Kong yang berpusat di Monterado dengan kongsi Sam Tiu Kiu yang berpusat di Sambas karena pihak Sam Tiu Kiu melakukan penggalian emas di Sungai Raya Singkawang, daerah kekuasaan Tai-Kong. Tahun 1796, dengan bantuan kerajaan Sambas, kongsi Sam Tiu Kiu berhasil menguasai Monterado. Namun seorang panglima sultan bernama Tengku Sambo mati terbunuh ketika menyerbu benteng terakhir kongsi Tai Kong. Perang ini oleh rakyat Sambas disebut juga Perang Tengku Sambo.

Pada 6 September 1818 Belanda masuk ke Kerajaan Sambas. Tanggal 23 September Muller dilantik sebagai Pejabat Residen Sambas dan esoknya mengumumkan Monterado di bawah kekuasaan pemerintahan Belanda. Pada 28 November diadakan pula pertemuan dengan kepala-kepala kongsi dan orang-orang Cina di Sambas.

Pada tahun 1819, masyarakat Cina di Sambas dan Mandor memberontak dan tidak mengakui pemerintahan Belanda. Seribu orang dari Mandor menyerang kongsi Belanda di Pontianak.

Pada 22 September 1822 diumumkan hasil perundingan segitiga antara Sultan Pontianak, pemerintahan Belanda dan kepala-kepala kongsi Cina.

Namun pada 1823, setelah berhasil menguasai daerah Lara, Sin Ta Kiu (Sam Tiu Kiu), Sambas, kongsi Tai Kong mengadakan pemberontakan terhadap Belanda karena merasa hasil perundingan merugikan pihaknya. Dengan bantuan Sam Tiu Kiu dan orang-orang Cina di Sambas, kongsi Tai Kong kemudian dipukul mundur ke Monterado.

Setelah gagal pada serangan kedua tanggal 28 Februari 1823, pada 5 Maret penduduk Cina yang memberontak menyatakan menyerah dan kemudian 11 Mei komisaris Belanda mengeluarkan peraturan-peraturan dan kewajiban-kewajiban kongsi-kongsi.

Tahun 1850, kerajaan Sambas yang dipimpin Sultan Abubakar Tadjudin II hampir jatuh ke tangan perkongsian gabungan Tai Kong, Sam Tiu Kiu dan Mang Kit Tiu. Kerajaan Sambas meminta bantuan kepada Belanda. Tahun 1851, kompeni Belanda tiba dipimpin Overste Zorg yang kemudian gugur ketika perebutan benteng pusat pertahanan Sam Tiu Kiu di Seminis Pemangkat. Ia dimakamkan di bukit Penibungan, Pemangkat.

Setelah Abad 18 tahun 1854 pemberontakan kian meluas dan didukung bangsa Cina yang di luar perkongsian. Belanda kemudian mengirimkan pasukan tambahan ke Sambas yang dipimpin Residen Anderson. Akhirnya pada 1856 Republik Monterado yang telah berdiri selama 100 tahun berhasil dikalahkan. Tanggal 4 Januari 1857 Belanda mengambil alih kekuasaan Cina di kerajaan Mempawah, dan tahun 1884 seluruh perkongsian Cina di Kalimantan Barat dibubarkan oleh Belanda.

Tahun 1914, bertepatan dengan Perang Dunia I, terjadi pemberontakan Sam Tiam (tiga mata, tiga kode, tiga cara). Pemberontakan di Monterado dipimpin oleh bekas keluarga Republik Monterado, sedangkan pemberontakan di Mempawah dipimpin oleh bekas keluarga Republik Lan Fong. Mereka juga dibantu oleh masyarakat Melayu dan Dayak yang dipaksa untuk berpartisipasi Pemberontakan berakhir tahun 1916 dengan kemenangan di pihak Belanda. Belanda kemudian mendirikan tugu peringatan di Mandor bagi prajurit-prajuritnya yang gugur selama dua kali pemberontakan Cina (tahun 1854-1856 dan 1914-1916). Perang 1914-1916 dinamakan Perang Kenceng oleh masyarakat Kalimantan Barat.

Tahun 1921-1929 karena di Tiongkok (Cina) terjadi perang saudara, imigrasi besar-besaran orang Cina kembali terjadi dengan daerah tujuan Semenanjung Malaya, Serawak dan Kalimantan Barat.

Populasi Orang Tionghoa :
Tidak ada data resmi mengenai jumlah populasi Tionghoa di Indonesia dikeluarkan pemerintah sejak Indonesia merdeka. Namun perkiraan kasar yang dipercaya sampai sekarang ini adalah bahwa jumlah suku Tionghoa berada di antara 4% - 5% dari seluruh jumlah populasi Indonesia. Dalam sensus penduduk pada tahun 2000, ketika responden sensus ditanyakan mengenai asal suku mereka, hanya 1% dari jumlah keseluruhan populasi Indonesia mengaku sebagai Tionghoa. Daerah asal suku Tionghoa-Indonesia adalah di wilayah tenggara Tiongkok. Orang-orang Tionghoa di Indonesia berasal dari tenggara Tiongkok. Mereka termasuk suku-suku :
Hakka, Hainan, Hokkien, Kantonis, Hokchia, Tiochiu

Daerah asal yang terkonsentrasi di pesisir tenggara Tiongkok dapat dimengerti karena dari sejak zaman Dinasti Tang, kota-kota pelabuhan di pesisir tenggara Tiongkok memang telah menjadi bandar perdagangan yang ramai. Quanzhou malah tercatat sebagai bandar pelabuhan terbesar dan tersibuk di dunia pada zaman tersebut.

Ramainya interaksi perdagangan di daerah pesisir tenggara ini kemudian menyebabkan banyak sekali orang-orang Tionghoa juga merasa perlu keluar berlayar untuk berdagang. Tujuan utama saat itu adalah Asia Tenggara dan oleh karena pelayaran sangat tergantung pada angin musim, maka setiap tahunnya, para pedagang Tionghoa akan bermukim di wilayah-wilayah Asia Tenggara yang disinggahi mereka. Demikian seterusnya ada pedagang yang memutuskan untuk menetap dan menikahi wanita setempat, ada pula pedagang yang pulang ke Tiongkok untuk terus berdagang.

Sebagian besar dari orang-orang Tionghoa di Indonesia menetap di pulau Jawa. Daerah-daerah lain di mana mereka juga menetap dalam jumlah besar selain di daerah perkotaan : Sumatra Utara, Bangka-Belitung, Sumatra Selatan, Lampung, Lombok, Kalimantan Barat, Banjarmasin dan beberapa tempat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.

  • Hakka - Aceh, Sumatra Utara, Batam, Sumatra Selatan, Bangka-Belitung, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat,Banjarmasin, Sulawesi Selatan, Ambon dan Jayapura.
  • Hainan - Riau (Pekanbaru dan Batam), dan Manado.
  • Hokkien - Sumatra Utara, Pekanbaru, Padang, Jambi, Sumatra Selatan, Bengkulu, Jawa, Bali (terutama di Denpasar dan Singaraja), Banjarmasin, Kutai, Sumbawa, Manggarai, Kupang, Makassar, Kendari, Sulawesi Tengah, Menado, dan Ambon.
  • Kantonis - Jakarta, Makassar dan Menado.
  • Hokchia - Jawa (terutama di Bandung, Cirebon, Banjarmasin dan Surabaya).
  • Tiochiu - Sumatra Utara, Riau, Sumatra Selatan, dan Kalimantan Barat (khususnya di Pontianak dan Ketapang).


Marga Tionghoa Di Ketapang :
Dalam etnis Tionghoa mengenal adanya marga, demikian juga dengan Tionghoa yang bermukim di Ketapang. Dalam perkumpulan semarga bagi orang Tionghoa adalah semacam ikatan batin, selain saling tolong menolong, bilamana semarga dalam kesulitan baik moril maupun materil tergantung yayasan masing- masing. Menurut buku sejarah, marga-marga itu sudah tercatat abad 21 sebelum Masehi berkelanjutan terus-menerus sampai sekarang. Tidak akan berubah dalam tulisan kanji dalam 1 marga. Dalam ejaan / dialek bisa berbeda, tetapi tulisan kanji tidak. Menurut para budayawan, didunia ini hanya orang Tionghoa yang memiliki marga yang unik. Tidak akan hilang dan berubah, kecuali oleh rezim Orba. Marga itu ada ratusan, tetapi yang lazim kita temui tidak sampai seratus. Sebagai contoh, di Kodya Pontianak yang dikoordinir oleh Yayasan Bhakti Suci ada lima puluh dua yayasan. Dari lima puluh dua yayasan terdiri dari tiga merupakan suku, dua puluh tujuh merupakan marga dan dua puluh dua merupakan gabungan aneka marga. Yang dua puluh tujuh yayasan yang bermarga itu, berarti mereka minimal memiliki anggota seratus orang semarga, baru bisa mendirikan yayasan. Yang dua puluh dua yayasan, gabungan aneka marga, karena marganya sedikit sekali, maka tidak efisien untuk mendirikan yayasan, lebih baik bergabung dengan marga marga kecil yang lain. Tujuan yayasan ini diutamakan mengurus orang-orang yang meninggal dunia dan bilamana keuangan memungkinkan, bantuan diberikan kepada anggota yang kurang mampu atau miskin.

Marga Tionghoa dikatakan oleh budayawan-budayawan unik, karena selama ribuan tahun dalam Sejarah Tionghoa tidak akan berubah, tetap berlanjut dari generasi ke generasi. Sedangkan suku dan dialek dapat berubah sesuai daerah masing-masing.

Sekarang ada istilah “Chen Ken” yaitu cari akar atau “Hui Niang Cia” yaitu pulang rumah ibu, bilamana mereka mengunjungi leluhurnya di daratan Cina. Hal ini tergantung kondisi dan situasi negara setempat. Bagi Indonesia sekarang banyak berubah, apalagi sesudah dibelenggu selama 32 tahun rezim ORBA.

Dahulu perantau-perantau dikatakan Loh Yek Kui Ken = artinya Daun guur kembali ke akar. Sekarang Lok Ti Sen Ken = artinya jatuh ditangan akan berakar (secara harfiah)

Masyarakat Tionghoa memliki sistem yang rumit untuk panggilan. Bagi mereka, nama bukan hanya sebentuk panggilan, tetapi juga bermakna penting. Bangsa Tionghoa dikenal sebagai Masyarakat Matriakal. Ibu merupakan figure sentral dalam keluarga. Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang sama akan membentuk satu kelompok yang disebut suku ibu. Untuk menghindari perkawinan dalam satu suku, marga menjadi nama klan. Mereka yang bermarga sama tidak boleh menikah. Banyak marga kuno yang membawa akar kata Nu. Marga leluhur orang Huaxia dan raja-raja bijak pada masa lalu juga memiliki akar kata ini.

Statistik menunjukkan bahwa ada lebih 8.000 marga Tionghoa. Namun hanya, 200 atau 300 yang umum. Ada beberapa cara membuat marga. Diantaranya menggunakan totem, menggunakan nama Negara menggunakan nama daerah kekuasaan, menggunakan gelar jabatan, menggunakan nama pekerjaan dan menggunakan tanda dari tempat tinggal sesorang. Kebanyakan marga Tionghoa terdiri dari satu huruf. Marga yang umum adalah Zhang, Wang, Li, Zhao,Liu, Chen, Lin, Yang, Xu, Zhou dan Huang. Ada juga marga yang mempunyai dua kata, seperti Sima Shangguan dan Ouyang.

Menurut Ketua Majelis Umat Khong Fu tsu Apeng Sanjaya yang menetap di Kabupaten Ketapang mengutarakan sampai saat yang tercatat marga–marga yang ada di Kabupaten Ketapang ada 18 marga antara lain :

1.   LIM
2.   TAN
3.   LIE
4.   TIO
5.   CAN
6.   NG
7.   KANG
8.   IAP
9.   HENG
10.              HUANG
11.              JIE
12.              LAI.
13.              TENG
14.              IO
15.              CUA.
16.              KHO
17.              CIU
18.              CU

  TRADISI TIONGHOA

Tahun baru Imlek dan hari Cap Go Meh dirayakan oleh masyarakat Kalimantan Barat dengan sangat meriah, terutama di kota Pontianak, Singkawang dan Sungai Pinyuh - dimana banyak terdapat warga keturunan Tionghoa. Festival Naga dan Barongsai mendominasi pesta hiburan rakyat, digelar di jalan-jalan kota dan menjadi daya tarik wisata yang bernuansa berbeda.

Tradisi perayaan tahun baru Imlek telah diwariskan sejak ratusan tahun yang lalu. Dituliskan oleh DR. Kai Kuok Liang dalam buku Festival Tradisi Budaya Tionghoa, perayaan Imlek dimulai dari daratan Tiongkok. Imlek telah dirayakan pada pada masa Kaisar Huang Ti Yu, tetapi baru merata di masyarakat pada zaman pemerintahan kaisar Chin Che Huang (246 - 210 sM). Pada masa revolusi Xin-Hai, tanggal 10 Oktober 1911 yang dicetuskan DR. Sun Yat Sen, tahun baru Imlek diubah menjadi Festival Musim Semi (Kuo Chun Ciek). Festival ini ditetapkan pemerintah sebagai hari besar nasional yang dirayakan setiap tahun
mengikuti tahun baru Masehi. Namun karena sudah lama memasyarakat, perayaan tahun baru Imlek tetap dilangsungkan, termasuk oleh kalangan masyarakat Tionghoa di kota Pontianak. Saat tahun baru Imlek terdapat ungkapan Sin Cia Ju Ie dan Gong Xi Fa Chai. Sin Cia Ju Ie berarti keluarga baru yang sehat, sentosa dan mulus sesuai rencana . Sedangkan Gong Xi Fa Chai adalah ucapan salam bahagia agar makmur bersama .

Ada beberapa tradisi yang masih dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Tiong Hua di Pontianak untuk menyambut Tahun Baru Cina (Imlek) antara lain :

Tradisi Bunga Mei Hua

Di negeri Tiongkok dikenal terdapat 4 musim, yaitu musim semi, musim panas, musim gugur dan musim dingin. Tahun baru Imlek datang bersamaan dengan musim semi, maka dulu dikenal dengan istilah Festival Musim Semi (Kuo Chun Ciek). Festival ini berlangsung sangat meriah dan pernah dijadikan agenda tahunan oleh pemerintah Cina. Bunga Mei Hwa adalah pertanda datangnya musim semi. Itulah sebabnya terdapat tradisi di masyarakat Tionghoa, menggunakan bunga ini sebagai hiasan di rumah ketika Imlek tiba, sehingga terkesan suasana yang sejuk, nyaman dan indah. Tidak ada makna spiritual dalam kehadiran bunga Mei Hwa tersebut.

Tradisi Jeruk Bali

Buah jeruk bali yang disajikan setiap hari raya Imlek mempunyai kisah dan makna tersendiri. Dalam bahasa Tionghoa,jeruk bali disebut Jik yang juga berarti selamat . Maka timbullah ungkapan Mandarin Tah Jik , artinya besar selamat atau amat selamat .

Buah jeruk bali biasanya diletakkan di atas meja ruang tamu. Buah yang dipilih terutama yang sepasang atau lebih, terutama yang memiliki daun di dekat buahnya. Jeruk bali tersebut ditempeli kertas merah dan juga disajikan di meja altar dekat tempat sembahyang sampai hari Cap Go Meh.

3 komentar:

  1. Hello Am Mrs, Morgan debra Am pemberi pinjaman pinjaman yang sah dan dapat diandalkan memberikan pinjaman
    pada syarat dan ketentuan yang jelas dan dimengerti pada tingkat bunga 2%. dari
    $ 12.000 untuk $ 7.000.000 USD, Euro dan Pounds Hanya. Saya memberikan Kredit Usaha,
    Pinjaman Pribadi, Pinjaman Mahasiswa, Kredit Mobil Dan Pinjaman Untuk Bayar Off Bills. jika Anda
    membutuhkan pinjaman apa yang harus Anda lakukan adalah bagi Anda untuk menghubungi saya secara langsung
    di: morgan debra 1986@gmail.com
    Semoga Tuhan Memberkati.
    Salam,
    Mrs Morgan debra
    Email: morgandebra1986@gmail.com
    Catatan: Semua balasan harus kirim ke: morgandebra1986@gmail.com

    BalasHapus
  2. Nama saya dewi Setiana, warga Indonesia, dari kota surakarta. Saya ingin menggunakan media ini untuk memberikan crutial disarankan untuk semua warga negara indonesia yang mana untuk mencari pinjaman untuk sangat berhati-hati karena internet penuh dengan penipu, beberapa bulan yang lalu saya deperately membutuhkan pinjaman, karena keuangan saya situasi yang tidak terlalu baik dan putus asa, aku jatuh ke tangan seorang pemberi pinjaman palsu, dari saudi arabia. Aku hampir mati, sampai seorang teman saya merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Mrs. Emiliana, pemilik sebuah organisasi kredit global, Dia adalah pemberi pinjaman global; yang saya menghubungi dan dia meminjamkan jumlah pinjaman dari Rp450,000,000 dalam waktu kurang dari 24 jam dari pengolahan dengan tingkat bunga 2% dan mengubah kehidupan seluruh keluarga saya.

    Saya menerima pinjaman saya di rekening bank saya setelah Mrs. Emiliana mentransfer kredit saya, ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan telah dikreditkan ke rekening bank saya

    sehingga untuk pekerjaan yang baik dari Ibu Emiliana dalam hidup saya dan keluarga saya, saya memutuskan untuk mengingatkan dan berbagi kesaksian saya tentang Mrs. Emiliana, sehingga orang-orang dari negara saya dan kota saya bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan hubungi Ibu Emiliana melalui email: emilianawilson11@gmail.com

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: setianadewi2020@gmail.com dan Miss Irawati yang memperkenalkan saya dan mengatakan kepada saya tentang Mrs. Emiliana, Dia juga menerima pinjaman dia dari Mrs. Emiliana. Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: irawatidianna@gmail.com Sekarang, saya seorang pemilik bangga seorang wanita bisnis yang baik dan besar di kota saya, Semoga Allah SWT terus memberkati Ibu Emiliana untuk pekerjaan yang baik dalam hidup saya dan bahwa keluarga saya.

    BalasHapus
  3. Saya Widaya Tarmuji, saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS. yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah TRACY MORGAN LOAN FIRM. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir 32 juta di tangan pemberi pinjaman palsu.

    Tapi Tracy Morgan memberi saya mimpi saya kembali. Ini adalah alamat email yang sebenarnya mereka: tracymorganloanfirm@gmail.com. Email pribadi saya sendiri: widayatarmuji@gmail.com. Anda dapat berbicara dengan saya kapan saja Anda inginkan. Terima kasih semua untuk mendengarkan permintaan untuk saran saya. hati-hati

    BalasHapus